Jumat, 10 April 2020

SIKAPI HIDUP LAYAKNYA PERMAINAN

Sikapi Hidup Layaknya Permainan

Dahulu kala sebelum gadget begitu populer semua anak – anak bermain permainan tradisional. Meskipun jenis permainannya sangat sederhana, nyatanya mampu memberikan kebahagiaan tersendiri. Permainan jenis ini bisa membuat akrab satu sama lain, melatih kerjasama, kreatifitas, dan perkembangan otak dalam memecahkan masalah. Nyatanya permainan tradisional lebih banyak memberikan manfaat dan pembelajaran.

Pada zaman now (sebutan kekinian), anak – anak yang masih memainkan permainan tradisional hanya bisa ditemukan di daerah pinggiran atau desa pelosok saja. Itupun tidak banyak, hanya sebagian saja. Saat ini masa kecil anak Indonesia banyak tergerus oleh teknologi yang modern. Hal tersebut membuat mereka lebih memilih bermain dengan gadget dari pada bermain bersenda gurau dengan teman sebaya sepermainan mereka.

Hal ini sangat memprihatinkan. Anda harus mengenalkan permainan tradisional pada adik-adik dan bisa anak Anda kelak. Apakah Anda masih bisa menyebutkan contoh permainan tradisional beserta cara memainkannya? Jika tidak, maka dari video singkat uraian mengenai permainan tradisional ! Bagi Anda yang saat ini sudah tidak muda lagi, selagi membaca Anda akan diajak bernostalgia mengenang masa kecil Anda.

Permainan gobak sodor merupakan sebuah permainan tradisional yang melibatkan banyak anak. Dibagi ke dalam dua tim, jumlah anak per tim minimal tiga. Satu tim berjaga dan yang lainnya menjadi lawan atau pelaku permainan. Semakin banyak jumlah anak maka akan semakin seru. Permainan ini dimainkan dalam sebuah lapangan yang sudah diberi garis kotak – kotak.

Kelompok yang mendapat giliran untuk bermain harus bisa melewati kotak – kotak yang sudah dibuat, tanpa tersentuh oleh kelompok yang berjaga. Jika tersentuh maka permainan berakhir dan mereka harus berganti posisi. Tim lawan akan berjaga dan sebaliknya. Skor akan dihitung jika seorang anak bisa pergi dan kembali lagi ke home-based atau rumah atau pos pertama.

Permainan ini pada zamannya sangat menyenangkan dan begitu populer. Biasanya zaman dahulu di sore hari terlebih pada saat terang bulan anak – anak suka berkumpul di sebuah lahan kosong dan memainkan permainan ini hingga maghrib, bada isya dan menjelang malam. Tak sekedar menyenangkan tetapi gobak sodor melatih kewaspadaan, kecepatan, dan kebersamaan.

Selain gobak sodor permainan Ingkling atau Engklek
Permainan ini dimainkan dengan cara berjalan satu kaki pada kotak – kotak yang sudah digambar di atas tanah secara bergiliran. Dalam permainan tradisional Jawa ada beberapa macam ingkling atau engklek, diantaranya adalah engklek gunung, engklek kitiran, engklek L, dan lain – lain dan alhamdulillah permainan ini masih ada di berbagai perumahan yang bertempat di gang-gang.

Pemain harus melempar koin atau terkadang menggunakan pecahan genting pada kotak secara berurutan. Pada kotak yang ditandai dengan lemparan koin, pemain tidak boleh menginjaknya. Pemain harus melewati kotak dan pada saat kembali ke garis awal ia harus mengambilnya kembali. Setelah itu dilemparkan kembali pada kotak selanjutnya. Pemain akan kalah dan berganti giliran jika ia melanggar aturan, misalnya menginjak garis. Sebab ingat dan kangen permainan ini terkadang saya juga ikut bermain dengan anak-anak.

Tak kalah seru permainan tradisional lainnya yaitu dakon atau congklak.
Sebenarnya permainan ini bukanlah asli dari Indonesia. Beberapa ahli sejarah meyakini bahwa dakon adalah sebuah permainan yang dibawa oleh pedagang Arab ke Indonesia. Ada juga yang mengatakan bahwa congklak berasal dari Mesir dan sudah ada sejak 15 abad sebelum masehi. Baca asal usul main congklak ayobekasi.com. Di Indonesia sendiri, permainan ini banyak dimainkan oleh gadis Jawa pada zaman dahulu.
Cara memainkan cogklak amat mudah. Cogklak atau dakon memiliki tempat lonjong pipih yang terbuat dari kayu, plastik, atau logam yang diberi lubang dengan jumlah 12. Lubang tersebut diisi dengan kecik. Kecik bisa berasal dari kerikil, biji s
Permainan ini dimainkan dua orang dan dilakukan secara bergiliran.

Seorang pemain akan mengambil kecik dari salah satu lubang, setelah itu membagikannya pada setiap – setiap lubang satu persatu kecuali lubang “tabungan” milik lawan. Kecik terakhir yang jatuh pada lubang yang memiliki isi harus dipungut kembali dan disebarkan satu per satu lagi. Jika jatuh pada lubang kosong maka kecik yang berada di lubang yang berada di sisi berlawanan akan menjadi milik pemain tersebut.

Permainan tradisional selain di atas permainan egrang
Egrang adalah suatu alat permainan yang dibuat dari bambu. Bambu dipotong kemudian pada ketinggian tertentu dipasangi bambu lagi secara melintang yang berfungsi sebagai tempat pijakan. Dahulu kala meskipun harus membuatnya sendiri, anak – anak rela berjam jam untuk melakukannya. Hal seperti inilah yang bisa melatih kreatifitas, keterampilan, serta tanggung jawab anak. Dahulu saya sering membuatkan temen egrang walaupun saya sendiri tidak bisa bermain egrang trauma sebab pernah jatuh, saya membuat egrang hingga ketinggian 5 sampai 6 meter.

Jika egrang sudah jadi, maka mereka akan berkompetisi dengan teman – temannya. Yang bisa berjalan paling cepat di atas egrang maka dia adalah pemenangnya. Di beberapa daerah, sebagai pemenang egrang ia akan mendapat perlakuan istimewa dari teman – teman yang dikalahkan. Hingga sekarang egrang belum benar – benar punah.

Permainan tradisional lainnya lompat tali
Minimal permainan ini dimainkan oleh tiga orang saja, permainan ini di perumahan perkotaan juga masih ada. Cara bermain dua orang berposisi memegang tali dan satu sisanya meloncati tali yang sudah dibuat dari karet yang dikait – kaitkan. Permainan ini bisa dimainkan banyak orang tanpa jumlah maksimal. Tinggi tali di mulai dari selutut, seperut, sedada, setelinga, sekepala, setengah merdeka (menaikkan sejengkal tangan di atas kepala) dan merdeka (setinggi tangan menunjuk ke atas).

Untuk menambah keseruan, biasanya anak – anak menambahkan gaya setelah melakukan lompatan misalnya berpura – pura menjadi patung. Setelah pelompat terakhir melakukan lompatan, maka patung harus berubah menjadi manusia kembali. Jika ada yang bergerak sebelum pelompat terakhir melakukan gilirannya, maka dia mati dan harus bergiliran menjadi pemegang tali.

Sebenarnya permainan tradisional sangat banyak, bisa jadi jenisnya ribuan sebab di kepulauan Indonesia juga berbeda -beda dari adat dan budaya  serta medan wilayah sangat kaya raya dengan kebudayaan. Baik dari beberapa permainan yang sudah saya paparkan di atas ada sedikit yang mau saya utarakan terkait permainan tentunya ada esensi dan falsafahnya mengingat saya pernah mendengar keterangan dari Al Qur-an, baca buku dari para tokoh filsuf dan keterangan dari Dr. Fahrudin Faiz Mag dan lainnya.

Dunia adalah panggung sandiwara baik laki-laki ataupun perempuan sama sebagai pemeran utama dunia ini dalam panggung sandiwara dari acting ke acting, kadang di kasih susah, kadang di kasih bahagia, kadang di kasih kesel, kadang di kasih mudah. Mengutip keterangan dari Dr Fahrudin Faiz yaitu:

1. Dalam menjalani permainan atau hidup dalam proses itu perlu serius dalam ketidak seriusan. Saya ambil contoh saat main congklak, lubang congklak berisi 6 butir biji-bijian sambil berjalan 1 lubang 1 biji berati serius sesuai tatanan aturan, namun apabila satu lubang di taruh 2 atau 3 biji congklak permainan bisa kacau. Tapi tidak gontok-gontokan hingga terjadi adu otot karena hal tersebut sama-sama di ketahui hanya sebatas permainan.
2. Dalam permainan pun itu sikapnya hanya suka rela maksudnya tidak ada paksaan. Contoh apabila kita di paksa main basket, bola, catur dll ya tentunya tidak bisa sebab beresiko mainnya acak-acakan karena di awali dengan paksaan main kalo sudah terpaksa identik tidak menikmati permainan, ya bagaimana mau bagus wong mainnya saja tidak menikmati.
3. Dalam permainan sifatnya tidak hanya yang bergerak jasmaniyah namun inteleknya, imajinasinya juga bermain kecua
permainan jaman now yaitu permainan gadget jempol dan imajinasi.
4. Dalam permainan juga membawa efek menyenangkan semua permainan itu menyenangkan sebab yang di cari dalam permainan adalah kesenangan kecuali dia tidak mau bermain.

Notepermainan jaman now yaitu permainan gadget jempol dan imajinasi.
4. Dalam permainan juga membawa efek menyenangkan semua permainan itu menyenangkan sebab yang di cari dalam permainan adalah kesenangan kecuali dia tidak mau bermain.

Note : pabila Anda menemui permainan yang membuat Anda kesel, sumpek, emosi, anggap aja hanya sebatas acting (Anda sedang di posisikan dalam permainan sebagai pemeran antagonis) Lah iya wong hidup hanya sebatas panggung sandiwara.
5. Dalam permainan (sepak bola, petak umpet, lompat tali, engklek, egrang dll) yang harus di nikmati adalah prosesnya, maksudnya proses waktu latihan, waktu bikin alatnya, anggaran tidak ada tapi kepingin punya mainan, ngumpulin teman-teman, bikin jadwal,  ngatur strategi permainan.

Hal tersebut sama halnya seperti waktu proses dalam menuntut ilmu, entah di sekolah, di ponpes, kampus. Pabila sekolah, kuliah atau sejenisnya yang di pikirkan hanya label hasilnya (ijazah/nguber S1nya) namun tidak menikmati prosesnya layaknya mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) cukup yang penting absen hadir selesai, tidak berjibaku mengikuti berbagai rangkaian kegiatan artinya bukan sebagai pemain. Menurut Plato "hidupmu harus kamu jalani sebagai permainan", bahkan beliau juga mengatakan Engkau bisa menemukan wataknya, cirinya, karakternya, seseorang dalam waktu satu jam dengan cara terlibat bermain bersama di bandingkan hanya dengan ngobrol satu tahun sebab untuk mengetahui siapa dia? Pendeteksiannya bukan lisan tapi kelakuan, tingkah laku (bermain dengannya).
Walhasil dari pemaparan di atas hidup adalah permainan dan bermainlah yang cantik dari situlah kita tahu cara dia bermain, untuk mengetahui orang tersebut pemain yang baik bukan hanya sebatas baca biografi buku-bukunya sebab biografi itu yang di catat cukup yang baik dan kesuksesan yang di raihnya saja. Untuk mengetahui pemain yang baik ajaklah dia bermain hihihi.
Bisa jadi apabila ada orang hawanya spaneng mulu, tegang, sok serius terus bisa jadi ia keluar dari fitroh manusianya, terkait serius yo tentunya ada waktunya dan main serius dan bermain tidak serius, mengutip keterangan kajian kitab kajian analisis talimul muta’alim karya Syeikh Azarnuzi perlunya rekreasi wisata bermain tidak ngaji tok tiap pagi, sore, malem ketemu pagi lagi. Senada dengan teorinya Lazarus yaitu rekreative teory dalam menjalani kehidupan adakalanya berganti suasana baru dengan bermain atau berwisata.
Menyimak dan mengingat-ingat dari berbagai permaian waktu jaman dahulu semasa SD, SMP begitu terkesan. Menggunakan alat seadanya di atas saya teringat dengan sebuah artikel di Nu Online terkait permainan.

Firman Allah:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

Artinya: "Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau." (QS. Al-An’am: 32)

Ya, demikian Allah mengumpamakan kehidupan dunia, tak lain dan tak bukan adalah permainan dan senda gurau saja.

Lihatlah anak-anak yang bermain; penuh kesenangan, tak ada beban. Bila saatnya tiba mereka akan pulang kepada ibunya. Melepas lelah di pelukan keduanya, merengkuh kasih dari belaiannya. Bila dalam bermain ada gelisah karena perilaku teman yang bikin resah, sang ibu lembut berkata, “tak apa nak, hanya main-main saja.”

Lihatlah mereka yang bersenda gurau; tertawa riang bersama, tanpa kebencian. Terkadang dalam guraunya satu sama lain saling mengejek, namun tak ada benci tak ada dendam di hati. Karena semua tahu, semua hanya gurauan.

Bila demikian kehidupan dunia, mengapa harus dibuat susah, begitu ngoyo mengejar angan hingga lelah. Mengapa pula mesti saling caci satu sama lain, saling hujat, saling memaki dan bully hanya karena berbeda warna dan pilihan aneka rupa. Bukankah hanya bermain dan guyonan saja?

Mengapa pula semua itu membuat lupa pulang, untuk merengkuh limpahan rahmat-Nya?

Cikarang 10 april 2020
Salam Ngopi Nusantara






Tidak ada komentar:

Posting Komentar