Oleh : Rokhmat
Judul buku : Merindu Baginda Nabi
Sebuah novel pembangun jiwa
Di terbitkan oleh Republika penerbit
Jumlah : 176 Hlm.
Awan putih yang bergerombol itu seumpama kumpulan jutaan malaikat yang sedang berzikir dalam diam. Gadis berjilbab merah marun itu menyeka air matanya sambil memandang keluar jendela pesawat yang dinaikinya. Ada kerinduan yang menggelegak dan membara dalam dadanya. Kerinduan kepada baginda Nabi, menyatu dengan kerinduan kepada abah dan umminya, serta teman-temannya, anak-anak yatim di DarusSakinah sana. Diam-diam ia merasa iri dengan abahnya. Bagaimana abahnya bisa memiliki rasa rindu sedemikian dalam kepada Baginda Nabi SAW. Ia berharap suatu saat juga memiliki rasa rindu seperti itu. Rasa rindu nan dahsyat yang hanya di karuniakan oleh Allah kepada hamba-hamba terpilih.
Novel ini menceritakan kisah seorang cewek yang ayu, cerdas dan alim bernama Dipah (sapaan akrab kalangan teman sebayanya dengan nama Rifah). Semasa masih bayi, Dipah dengan kondisinya anak yang sangat memprihatinkan. Mbah Tentrem seorang nenek penjual nasi pecel di pasar Malang menemukan bayi dalam kardus yang terletak di deket tong sampah dan diambil oleh Mbah Tentrem, bayi tersebut sempat ditanyakan kepengurus masjid terdekat namun malah jadi rebutan minat ingin merawatnya. Namun Mbah Tentrem kekeuh merasa yang pertama menemukan lebih berhak untuk merawatnya, bayi tersebut di kasih nama "Dipah" katanya singkatan dari " ditemu ning sampah" nama itu dianggap sebagai tetenger (jawa: tanda untuk di ingat).
Allah mengirimkan sepasang suami-istri berhati malaikat bernama Pak Nur dan Bu Sal atau Salamah, suami-istri ini bersikekeuh sampai memohon menangis sama Mbah Tentrem ingin merawat bayi tersebut bukan tanpa sebab, karena sudah puluhan tahun belum di karuniai buah hati. Mbah Tentrem melihat sepasang suami-istri terlihat gelagat orang baik, Allah meluluhkan hatinya si bayi diberikan kepada Pak Nur dan Bu Sal, Sebulan setelah diserahkan Mbah Tentrem meninggal dunia saat ikut pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di masjid kampung. Wilayah sekitar jadi tranding topik atas meninggalnya Mbah Tentrem. Bahkan ada yang bilang, "Bisa jadi Mbah Tentrem pas wafat di rawuhi Kanjeng Nabi Muhammad SAW".
Sebelum Mbah Tentrem meninggal pernah berwasiat kepada Pak Nur mengenai tanah beserta rumahnya untuk di wakafkan sebagai panti asuhan wasiat tersebut di saksikan oleh Kyai Muklas. Berjalannya waktu tanah di bangun dengan bantuan donatur terbangun dan dinamai Ponpes Yatim Darus Sakinah. Pak Nur sosok berprawakan yang sederhana, berwibawa dan berpengaruh namun enggan di panggil Ustadz ataupun Kyai. . "Dipah" yang sebatas dhuafa terlantar dipinggir tong sampah pun mulai beranjak remaja yang, ayu, dan berkepribadian ahlak yang santun hasil tempaaan dengan kasih sayang oleh Pak Nur dan Bu Sal. Hasil dari semangat menuntut ilmu, ia berhasil meraih prestasi juara olimpiade matematika tingkat internasional hingga berhasil 8 bulan mendapatkan kesempatan belajar di Oak Grove High School, San Jose, Amerika dan keliling Eropa.
Yang selalu teringat pesan Abah sewaktu di Amerika dan Eropa agar saat melakukan kesalahan merasa malulah kepada Kanjeng Rosul, berhasil dalam menjalankan tugaspun berterima kasih kepada Kanjeng Rosul. Cerita ini dominan kegiatan sekolah dan persahabatan dengan teman sekolahnya dan keluarga Pak Nur dan Bu Sal.
Buku novel ini sebelumnya sudah pernah saya baca dan hampir selesai, isi cerita dan tatanan kalimat-perkalimat sangat apik lembut dan gak bikin bosen dan kepingin lanjut melipat terus berganti halaman.
Namun sayang sedikit kekurangan di editor beberapa kata ada huruf yang tidak pas, walaupun maksudnya bisa di pahami.
15.07.2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar