NU gila atau Gila NU
Oleh : Rokhmat
Kritik itu boleh, yang nggak boleh itu fitnah. Makanya, kalau ada orang yang mengaku NU lalu kemana-mana malah menjelek-jelekkan NU, bahkan memfitnahnya, biasanya ada tiga kemungkinan:
(1) Dia nggak punya jasa apa-apa dalam memperjuangkan NU, judulnya penyimak saja tidak turut serta ikut nimbrung perjalanan bahas pergerakan proker.
(2) Dia nggak paham perkembangan NU di daerahnya. Baik dari sisi perkembangan kaderisasi organisatoris, maupun kaderisasi di bidang pemantapan amaliah ilmiyah Aswaja Annahdliyyah. Termasuk, jumlah pertumbuhan aset yang dimiliki oleh organisasinya, dan perkembangan kaderisasinya. Karena nggak paham, akhirnya yang diomongkan ya hanya "dakwah NU itu memble", "dakwah kurang greget tidak profesional", "dakwah kok ceramah sambil melucu melulu", dst. Padahal kalau mau menengok, beberapa orang NU bergerak lincah di level bawah, baik atas nama organisasi maupun kultural, dalam kegiatan dakwah. Lha mendirikan TPQ apa bukan dakwah? Menyiapkan logistik ibu-ibu ngaji keliling apa bukan dakwah? Melatih remaja agar aktif di masjid melalui pembentukan grup hadroh rebana, apa juga bukan bagian dari sarana dakwah? Banyak, sangat banyak, aktivitas dakwah nahdliyyin di level bawah. Tapi mas, orang NU di daerah saya malas jamaah, buktinya masjid nggak full! Jawabnya ada dua: pertama, terlalu banyak mushala dan masjid di RW-mu, sehingga jamaah terpecah; kedua, berarti dakwahmu belum beres, wong ngajak jamaah tetangga saja nggak becus, kok!
(3) Terlalu banyak mengunyah omongan orang lain. Intinya, salah pergaulan. Akhirnya kesana kemari ya njelek-njelekin NU. Parahnya, juga nggak paham data. Dikiranya Muslimat NU hanya grudak-gruduk pengajian saja, padahal pembinaan jaringan Raudlatul Athfal atau TK atau TPQ, klinik, rumah sakit, program penyuluhan di bidang kesehatan, BMT, HPN, Pagar Nusa, LBN, LESBUMI, LBM dll, selalu berjalan. Karena sering mendengar orang lain ngomelin GP Ansor, akhirnya ikut-ikutan memfitnah begini begitu. Memang demikian militan GP Ansor sebagai pemantik dalam siasat strategi,
Selain itu monggo kroscek organisasi tingkat akademisi yang di naungi PMII pun nggak kalah programnya kaderisasi di level bawah hingga atas berjalan dengan baik, buktinya pasca acara OSPEK selesai langsung memfollow up MAPABA, acara MAPABA selesai selang beberapa minggu lanjut program pendalaman materi dari materi keASWAJAAN, PMII dan NDP, Analisis keKOPRIan, Sejarah perjuangan bangsa, PMII lokal serta Tehnik Sidang, setelah selesai di tunggu program team divisi bidang organisasi dengan program PKD lanjut PKL, belum lagi program harian, mingguan berikut bulanan yang di susun oleh masing-masing divisi, nah loh. Lah program tersebut di kampus memang ada lah ora ada, PMII membuat trobosan proker penunjang untuk menjadi mahasiswa militansi yang bakal berkiprah di masyarakat atau instansi pemerintahan, dan banyak lagi berbagai program sosial keagamaan yang tidak ada di kampus. Kok bisa ya begitu banyak program berati NU duit banyak dong, eit membuat acara bagi orang NU dan berbagai banomnya nyawanya organisasi bukan duit tapi akal, tentunya bukan ngakalin anggota tapi bagaimana caranya kita ngakali biar bermanfaat buat anggota dan masyarakat. Tapi ya gimana lagi, sudah terlanjur salah pergaulan sih. Akhirnya ya termakan fitnah dan menyebarkannya. Kritik boleh, sah, yang nggak boleh itu fitnah.
Saya nulis beginian ya buat penyemangat saja. Sebab spirit berorganisasi dan berjuang itu sering kali kayak yoyo: naik turun. Tapi ingat lho ya, ingat, di organisasi apapun, biasanya yang selalu sering melancarkan kritik di luar pagar baik anggota atau bukan (bukan struktural), dia malah nggak punya kontribusi sama sekali terhadap organisasinya. Sebab, kerjaannya ya mengkritik, itu.
Tapi kalo orang organisatoris memberikan kritikan tentunya di ikuti dengan langka-langkah solusi di bumbui dengan ngeluarin warna merah-merah ini saya nyumbang buat beli cemilan pengurus atau panpel. Hehehehe
NU YES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar