Minggu, 26 April 2020

NASIHAT ORANG TUA TERHADAP ANAK



Oleh: Rokhmat

Bulan ramadhan, puasa sudah memasuki hari ketiga, sore hari sambil menunggu waktu buka puasa isi kegiatan merapihkan koleksi buku-buku pribadi, eh terselip buku tipis sepertinya pernah saya baca sampe katam deh, Judul buku  "Kepada Anakku Dekati Tuhanmu" karya Abu Hamid Al Ghozali (Imam Ghozali) judul asli buku ini "Ayyuhal Walad" penerbit Mathba'ah Al Ma'arif, Baghdad 1968. Penerjemah A. Mudjab Mahali. Penerbit Gema Insani Cetakan pertama, Rajab 1411 H/Februari 1991 M.
Cetakan kedelapan belas, shafar 1426 H/maret 2005 M. Buku ini menurut saya memang sangat luar biasa padahal hanya 58 halaman, mungkin sudah ketiga kalinya saya baca buku ini, eit tentunya lah karya Sang Hujjatul Islam (Imam Ghozali) beliau salah satu madhzabnya aswaja dibidang tasawuf. Maaf break dulu ya buka puasa, lanjut sholat, nderes setengah juz, sholat tarawih, bada tarawih baru geber lagi tulisannya.

Baik resensi buku sebelumnya sudah kegarap dengan judul tugas dan kewajiban seorang murid, tugas orang tua kepada anak saat mendidik dalam koridor umum, sekarang coba berbagi pesan orang tua kepada anak menurut Imam Ghozali dalam buku "kepada anakku dekati tuhanmu". Sebagai pembuka, mari kita hadiahkan suratul fatiha kepada penyusun Imam Ghozali semoga keberkahan ilmu beliau sampai kepada kita, keluarga dan teman- teman kita.

Nasihat Orang Tua Terhadap Anak.
Banyak sekali hadits yang menerangkan tentang nasihat  seperti yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dari Tamim Bin Aus  ad dari Rosulullah bersabda :
" Agama adalah nasihat. Kami bertanya, "Untuk siapa ya, Rosulallah?" Nabi S.a.w menjawab, "Untuk Allah, kitab dan utusanYa serta untuk pemimpin kaum muslimin dan keseluruhan kaum muslimin."

Wahai anakku nasihat itu mudah melaksanakan nasihat tak semudah mengucapkannya. Imam Ghozali mengatakan bahwa nasihat itu mudah yang sulit adalah menerimanya. Bagaimana menurut Anda?...
Iya benar sebab nasihat itu akan terasa pahit bagi orang yang memperturutkan hawa nafsunya. Apalagi bagi kaum muda yang membuang-buang waktu dalam kebesaran diri dan kemegahan duniawi. Mereka  menyangka tanpa amalan, ilmu pengetahuan pun akan dapat membawanya kebahagiaan dan keselamatan. Ini keyakinan ahli filsafat subhanallah.

Ada dua perkara yang saling mengisi dan tidak dapat dipisahkan, yaitu ilmu dan amal. Ilmu berperan sebagai pemimpin dan amal berperan sebagai bawahannya, ada yang pula yang mengibaratkan ilmu laksana pohon dan amal adalah buahnya. Seperti yang tersirat dalam syair "Seandainya ilmu tanpa taqwa suatu bentuk kemuliaan tentulah mahluk yang paling mulia adalah iblis".
Yang di maksud ilmu disini adalah dhoruri ilmu yang berisikan perintah dan larangan Allah Swt.


Didalam buku ini Imam Ghozali juga merumuskan syarat-syarat yang patut dimiliki oleh seorang pembimbing/orang tua. Menurut imam Ghozali seorang pembimbing harus menuntun umatnya keluar dari kebodohan menuju cahaya iman. Artinya seorang pembimbing harus menguasai hukum syariat islam yang menyeluruh, dan tentunya ia harus berpegang terhadap ahlak yang digariskan syariat.

Wahai anakku, semoga Allah memuliakanmu. Ada sebuah kisah tentang mimpi oleh seorang yang telah meninggal. Ia ditanya, "Apa kabar, wahai Abal Qasim? Ia menjawab, "Semua ilmu-ilmu saya lenyap hilang tidak berbekas. Tidak ada lagi sesuatu yang memberi manfaat kepada saya, kecuali raka'at-raka'at yang dilakukan dalam sholat di tengah malam."
Wahai, anakku, jangan engkau hidup dalam keadaan miskin amal dan kehilangan semangat kerja. Tanamkan faham dirimu, bahwa ilmu yang tidak disertai amal tidak akan menyelamatkanmu.


Wahai anakku, simaklah perumpamaan yang hendak kuceritakan ini padamu. Camkanlah, dan katakanlah pendapatmu mengenai cerita ini. Di tengah hitan belantara ada seorang lelaki yang gagah berani membawa sepuluh pedang tajam dengan dilengkapi senjata-senjata lain. Tiba-tiba ada seekor singa besar yang sangat buas dan siap menerkam.
Menurut kamu, dapatkah senjata-senjata itu melindungi dirinya dari marahabaya, bila senjata itu tidak diangkat, dihunus, dan tidak ditikamkan? Tentu kamu akan menjawab, "Tidak." Ya, senjata itu tidak akan mendatangkan manfaat sama sekali bila tidak digunakan.

Begitu pula halnya dengan seseorang yang membaca buku tentang seribu masalah dan mempelajarinya dengan mendalam. Apabila ilmu dari bacaannya itu tidak diamalkan maka ilmu itu tidak mendatangkan manfaat sedikitpun baginya. Seorang yang terserang penyakit DBD dan sakit kuning, hanya akan sembuh bila ia menuruti nasihat dari dokter dan memakan obat yang diberikannya. Ia tidak akan sembuh bila obat itu tidak dimakannya.

"Apabila kamu menimbang dua ribu kilogram anggur tentu tidak membuatmu mabuk bilamana tidak kamu minum"

Wahai anakku, hiduplah sekehendak hatimu, tetapi ingat kamu akan mati. Cintailah siapa saja yang kamu suka. Tetapi ingatlah, kamu akan berpisah dengannya. Berbuatlah sesuka hatimu. Tetapi ingat, kamu akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatanmu itu.
Wahai, anakku, apa hasil yang telah kamu capai dalam mempelajari ilmu kalam, khilafiyah, kedokteran , farmasi, sastra, nahwu, shorof dan teknologi, sains? Itu kan sia-sia bila kamu tidak memanfaatkannya.
Wahai, anakku ilmu tanpa disertai amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu sia-sia. Pengetahuan tidak akan menjauhkan dirimu dari kemaksiatan di dunia ini. Pun, tidak membawa kepada jalan ketaatan kepada Allah Swt. Pun , tidak akan dapat memelihara dari amukan api neraka. Bila semua ilmumu itu tidak diamalkan.



Wahai, anakku jadikanlah cita-citamu sebagai ruh. Kekalahan menjadi belenggu hawa nafsu, dan mati menjadi pakaianmu.
Wahai, anakku ada dua hal yang harus kau camkan, yakni istiqomah dan tidak bergantung kepada sesama mahluk yang dimaksud dengan istiqomah ialah menebus hak-hak pribadi dan berahlak karimah dengan sesama mahluk. Sedang yang di maksud ahlak karimah ialah tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi memaksakan diri untuk mengikuti sgala yang perintah dalam Al Qur'an dan Assunah.
Wahai, anakku kamu bertanya tentang "ubudiyah". Dalam penghambaan diri kepada Allah ada tiga perkara yangbharus di laksanakan, yaitu:
1. Memelihara perintah Allah dengan sungguh-sungguh.
2. Rela menerima qodho dan qodhar.
3. Meninggalkan kehendak diri sendiri untuk mencari keridhoan Allah.

Wahai anakku aku akan memberi tahukan padamu delapan perkara sebagai nasihat. Hendaknya kamu camkan agar ilmumu kelak tidak menjadi musuh di hari ahirat kelak. Ada 4 perkara yang harus kamu jauhi dan 4 perkara yang harus kamu amalkan.
Salah satunya jangan kamu bertengkar dengan siapapun  tentang masalah maupun harta benda. Sebab lebih besar dampaknya dari pada manfaatnya. Pabila terjadi demikian, dan kamu bermaksud ingin menunjukan yang hak bagi mereka, maka hal tsb di benarkan. Namun dua hal yang harus di perhatikan :
1. Tidak berbeda pendapat tentang yang hak itu.
2. Kamu mempersoalkan hal itu di tempat tertutup, tidak di hadapan orang banyak.


Wahai, anakku satu larangan yang cukup penting buat bekal hidupmu. Janganlah kamu bertanya tentang hal-hal yang musykil dan yang berhubungan dengan penyakit hati kepada dokter. Jika ingin mengetahui jawaban itu, tanyakan kepada ulama, ulama adalah dokter spesialis.
Orang zalim tidak akan dapat mengobati penyakit. Tapi orang alim yang sempurna tidak akan mengobati sembarang orang. Dia hanya mau mengobati orang yang masih mempunyai harapan sembuh.
Ketahui pula anakku, penyakit jahil itu ada 4 macam. Penyakit jahil yang bisa di obati itu cuman satu ialah penyakit jahil orang yang haus pentunjuk dan tuntunan, selebihnya tidak bisa diobati.

Yang selanjutnya wahai, anakku, jauhi hobby memberi nasihat dan peringatan kepada orang banyak. Hal itu mengandung bencana dan bahaya. Kamu boleh menjadi ahli nasihat, asal terlebih dahulu kamu mengamalkannya, pabila sudah demikian boleh kamu memberi nasihat kepada orang lain.
Pesan terahir dari Imam Ghozali dalam buku ini sebagai penutup beliau mengijazahkan do'a-do'a yang biasa diucapkan Kanjeng Rosul, dan beliau berharap do'a dan semua isi yang terkandung dalam buku ini bermanfaat dan dapat kau amalkan.

Mohon maaf sebelum saya tutup, terkait uraian diatas adalah resensi paparan dari karya Imam Ghozali jadi, gak ada maksud menggurui atau menasihati dan perlu sama-sama ketahui menurut saya isi paparan diatas subtansinya dikonotasikan buat anak-anak kita, entah santri, atau peserta didik dan tentunya buat kita yang merasa masih butuh belajar dari para guru dan orang tua.

Hadanallah ajmain wallahu muafik illa aqwamithorik.

Tabik
27 apri 2020
Salam Ngopi Nusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar