Sabtu, 25 April 2020

Pesan Orang Tua Dan Calon Orang Tua Untuk Anaknya


 _Oleh : Rokhmat_

Kali ini buku boleh minjem temen, harap maklum kalo lagi main ngeliat buku mo satu atau bertumpuk mata udah ngelirik ada buku outo nggak fokus sama obrolan, basa-basi ngobrol sambil tangan merambat ahirnya nyampe juga target buku kepegang. Bagian sampul belakang sinopsis saya baca sambil menunggu temen buatin teh buat saya. Setiap kali membicarakan perkembangan dan pertumbuhan anak, pokok bahasan tidak pernah lepas dari peran keluarga dan orangtua. Mengapa? Karena keluarga adalah dunia pertama yang dikenal anak. Melalui orangtua, keluarga menjadi lingkungan tempat anak belajar menanggapi dunia luar, berinteraksi serta beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Segala polah tingkah anak sebagian di antaranya merupakan gambaran yang didapat dari keluarga.

Menjadi orangtua  adalah tugas seumur hidup. Bahkan ketika anak telah dewasa, peran orangtua tetap di butuhkan dan diakui. Mengikuti pertumbuhan  dan perkembangan anak serta menghadapi bermacam-macam perilaku anak membutuhkan pengetahuan tersendiri. Buku ini berisi berbagai tips bagaimana orangtua menyikapi segala macam polah-tingkah anak. Kiranya sangatlah penting buku ini dibaca tidak hanya oleh setiap ibu dan juga setiap ayah, maupun para calon orangtua.


Eit sampai kelupaan buku ini berjudul " *_Keluarga Kunci Sukses Anak*_ " buku ini hasil dari kumpulan artikel dari Kompas dan diterbitkan oleh _kompas_ Jakarta Oktober 2000. Kolektor Naskah : _Pusat Informasi Kompas_ (PIK) buku ini berjumlah 182 halaman cet, 1.

Tidak semua orangtua mengalami dididik dan dibesarkan dalam lingkungan menunjang kondusif untuk membangun keluarga ideal. Apa lagi di zaman milenial yang semuanya serba ada, tidaklah muda menjadi orangtua. Ini salah satu pekerjaan rumah yang besar pengaruhnya. Walhasil Orangtua, mau tidak mau, berminat atau tidak minat, berhasil atau tidak berhasil mengemban tanggung jawab mendidik anak.

Nyaris tidak ada satu kiat pun di dunia ini yang mampu menjamin keberhasilan orangtua dalam mendidik anak, termasuk apa yang di paparkan dalam buku ini. Namun di harapkan menjadi rambu-rambu bagi orangtua dalam memahami kekhasan dan kebutuhan anak. Pemaparan resensi saya dalam buku _analisis ta'lim muta'alaim_ yang membahas total dan kewajiban bagi santri, peserta didik atau mahasiswa. Kali saya mencoba memaparkan tugas bagi para orangtua atau calon ayah dan ibu.

Dan yang perlu jadi catatan anak lahir ke dunia dengan karakteristik yang unik, setiap anak mempunyai naluri untuk menjadi dirinya. Didalam buku ini banyak membahas peran orangtua yang harus diketahui oleh orangtua dan calon orangtua sebelum di sekolahkan atau di serahkan kepada guru, persoalan yang jarang bahkan dianggap tidak penting dan mungkin ribet bagi para orang tua dari awal masa kehamilan seperti mengajar janin tepatnya sejak dalam kandungan menurut _The Japan Times Weekly Internasional Education_ yang berawal di populerkan di Amerika Serikat. Metode ini meningkatkan kepercayaan bahwa anak yang masih dalam kandungan bisa diajar menjadi jenius. 

Sentuhan tingkatkan kemampuan hadapi stres, menurut hasil penelitian dari tim _Universitas McGill, Montreal_ , bekerja sama dengan _Universitas Emory_ bahwa bayi yang diasuh dengan penuh perhatian dan mendapat banyak sentuhan kasih sayang berpeluang besar tumbuh menjadi orang dewasa yang tenang dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dari pada bayi yang kurang kasih sayang.



Mengenai pendidikan pada anak yang usia dini para orang tua agar bersikap otoriter sebab metode tersebut lebih baik di terapkan dengan tujuan membentuk sikap dan harga diri anak. Tetapi ketika anak sudah mampu berfikir sendiri orang tua mengganti sikap otoriter dengan demokratis supaya anak dapat mengambil keputusan berdasar penilaian sendiri. Menurut _Drs Bimo Walgito_ pabila orang tua menggunakan sikap demokratis umunya diterapkan pada sekolah dasar melalui pemahaman dan pengertian umumnya sekitar umur 7 tahun.

Banyak orangtua tidak mengerti anaknya dan banyak juga anak tidak mengerti orangtuanya, akibatnya hubungan orangtua dan anak renggang hingga muncul konflik-konflik. Tentunya di saat seperti ini orangtua Menggunakan sikap preogratifnya. Orangtua merasa paling benar karena di anggap semua  yang dilakukan orangtua demi kebaikan anak. Walhasil yang terjadi anak semakin jauh berani sama orangtua berbohong dsb. 
Menurut _Sarlito W_ Seorang Psikolog mengajak orangtua melakukan pendekatan lain lebih bisa membimbing kejalan yang benar. Sebab, harus disadari orangtua atau anak mempunyai kecenderungan sudut pandangnya sendiri, kecenderungan _egosentrisme_ ibarat dua orang memandang bola dari sudut yang berbeda.

Mengutip dari tulisan _Cris Pujiastuti_ berjudul " _Jangan Mengejar Sekolah Favorit_ " orangtua berharap menyekolahkan anak tempatnya yang bagus, sekolah yang memiliki disiplin tinggi, memberi banyak PR, banyak kegiatan ekstrakurikuler. Orangtua kerap tidak mwmperhitungkan apakah anaknya bisa belajar dengan nyaman di sekolah itu, apakah srkolah tersebut sesuai kematangan kepribadian dan kemampuan intelgensi si anak. Menurut _Prof. Dr. Conny Semiawan_ yang harus dilakukan agar pendidikan anak disekolah dan di rumah serasi adalah memenuhi kebutuhan fisik (sandang pangan), biologis dan psikologis anak (antara lain, kesehatan, perhatian, rasa percaya diri) Kerap terjadi anak merasa sedih karean belajar di sekolah pilihan orang tuanya.


Orangtua dan keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama penanaman sopan santun dan budi pekerti bagi anak. Baru kemudian penanaman ini akan dilanjutkan oleh para guru dan masyarakat ketiga unsur ini menurut _Prof. Dr. Yaumil C Agoes Achir_ hendaknya bekerja sama secara harmonis. Menurut _J. Drost_ , ada anggapan keliru dalam masyarakat bahwa  yang bertanggung jawab atas penanaman budi pekerti seorang anak (siswa/ peserta didik/santri) adalah guru. Drost, berpendapat penanaman nilai dalam nilai dalam pembentukan watak merupakan proses informal. Sedangkan sekolah merupakan yang merupakan lembaga pengajaran mempunyai titik berat pada pembentukan intelektual. Tujuan pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai kedalam budi pekerti seseorang. Pembentukan manusia dilakukan sejak 0-20 tahun." Kalau sesudah umur 20 tahun masih harus dididik artinya pendidikan gagal" tegas _Drost_ , dalam kutipan tulisan _Retno Bintarti._

Saya sependapat dalam buku ini " _keluarga cerdas bukan diukur dari pencapaian prestasi, melainkan sejauh mana ayah dan ibu jeli mengenali bakat dan minat serta memberikan kesempatan untuk mengaktualisasikannya"_ . Artinya bagaimana orangtua mengembangkan dan memberi kesempatan kondusif menggurui, mengarahkan potensi tanpa menekan, memberikan pilihan tanpa memaksakannya. Keselarasan perkembangan jiwa dan akal menjadi bekal anak meniti masa depan mereka. Mengutip dari keterangan _Haidar Bagir dalam bukunya memulihkan sekolah memulihkan manusia_ , bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengaktualkan potensi manusia sehingga  benar-benar menjadi manusia sejati.


Suatu penelitian di _Harvard Universitay_ , atas mahasiswa kedokteran, hukum, bisnis dan keguruan menunjukan bahwa kesuksesan tak ada hubungannya sama sekali dengan kepintaran sebagiaman diukur dengan IQ. Kembali mengutip dari Haidar Bagir, dan menurut saya pesan ini sifatnya universal para orangtua khususnya hendaknya pengajaran keruhanian dan ahlak dalam konteks ini mestilah tak berhenti pada rutinitas peribadahan dan pengajaran ahlak yang bersifat kognitif belaka, melainkan didasarkan pada pemahaman makna batiniah dari ajaran-ajaran agama dan ahlak.

Tabik
26 april 2020
Salam Ngopi ☕ Nusantara 😅😍🙏🏻

Tidak ada komentar:

Posting Komentar