Apa Upayamu Mewujudkan Anak Sholeh Dan Sholekha
Oleh : Rokhmat
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارً
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. [At Tahrim:6].
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
كل مولود يولد على الفطرة
"Setiap anak lahir dalam keadaan suci...".(HR Bukhari. Lihat Maktabah Syamilah, Sahih Al Bukhari, Juz. 2, hlm.100, No. 1385).
Setiap orang tua mempunyai cita-cita kelak mempunyai yaitu anak yang sholeh dan sholikha tentunya berguna bagi agama dan bangsanya, pun pemaparan tersebut terucap dan tertulis dalam do'a dari menjelang pernikahan hingga momentum tasyakuran kelahiran anak.
Membicarakan terkait mewujudkan anak kita menjadi anak yang sholih dan sholikha tidak lepas yang namanya pendidikan. Pertanyaannya siapakah pemeran utama dalam pendidikan untuk anak-anak kita ? saya yakin semua pembaca tahu dan faham betul yah, ia adalah para orang tua sendiri. Melihat dari sumber rujukan di atas dalam Al Qur'an " Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. [At Tahrim:6].
dari hal tersebut sudah jelas dan gamblang orang tualah yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya.
Mengingat sebagai orang tua bukan orang alim tentunya tetep sebagai orang tua kepingin punya anak yang ngalim sholeh dan sholekha, pernah denger wejangane pak kyai bagi para orang tua penting pendidikan awal buat anak-anak terkait tentang memberikan pelajaran ilmu tauhid dan adab, wah wejangane kyai berat lah wong ngaji di madrasah aja gak tamat suruh ngajarin ilmu tauhid dan adab. Sebelum memberikan pertanyaan kyai pun lanjut memberikan tanggapan menyarankan supaya anak di masukan ke pondok nitip sama pak kyai. Pak kyai pun lanjut ndawuh kepada para tamu yang sowan
"Lebih baik anak menangis diwaktu kecil, dari pada kita tua kelak yang menangis"
Beda dengan santri zaman dulu. Banyak yang mondok karena hati nurani, berangkat sendiri, cari uang sendiri. Hanya bermodal cengkir; kencenge pikir. Tidak cuma itu, bahkan tidak satu dua kawan yang mengeluh sampai tamat mondok dan resepsi kelulusan, orang tuanya blass tidak pernah menjenguknya. Jadi, ketika acara resepsi, clingukan sendiri, level jomblo diatas jomblo.
Santri sekarang banyak yang kebalik, yang butuh dan ingin memondokkan adalah orang tuanya. Ingin shalih-shalihah, terhindar dari pergaulan merusak akhlaq dan lainnya adalah rata-rata alasan orang tua. Kalau urusan tangguh dan tidaknya dibanding santri zaman dulu. Menurut hamba relatif. Tetep tergantung anaknya, yah. Walau banyak yang masih nangis (Zaman saya pun juga ada yang menangis, tapi biasanya agak gengsi, nangisnya sembunyi-sembunyi haha).
Dan menanggapi alasan ketidak krasanan ini, seyogyanya orang tua yang mengalah, dari pada anak yang minta pulang, orang tualah yang nyambangi.
"Saya memondokkan anak di daerah sana yang perjalanannya dua jam setengah awal-awal mondok, sebulan dua kali nyambangi " kata Kakak Hamba dalam sebuah pertemuan pengasuh, guru, dan wali murid. Lalu ia melanjutkan, "Lebih baik anak menangis diwaktu kecil, daripada kita tua kelak yang menangis". Lalu disambutan selanjutnya ada yang berkata, "Doa anak dipondok itu mandhi (Manjur) tolong suruh anak panjenengan semua mendoakan kebaikan untuk anda-anda semua. Lho, bener itu, sebab minimal ada tiga alasan; Anak anda adalah Thalabatul Ilmi; pelajar. Dalam keadaan musafir dan tempat di pondok itu berkah sebab banyak yang melakukan wirid dan kebaikan lainnya, jadi doanya mustajabah, dan juga katakan pada anak. Kalau angen-angen dan berkata, yang baik-baik saja, biasanya manjur".
Di akhir sambutan pak Kyi da yang mengatakan, "Tapi, Panjenengan juga harus bersabar, njih. Kalau dipondok itu tetep ada kekurangannya. Karena yang sempurna hanya Allah Ta'ala. Seperti tempat tidur seadanya. Pakaian yang tidak rapi. Dan lain sebagainya. Jadi harus sabar. Karena tidak semua anak itu baik. Ada yang dalam proses menjadi baik. Dan akhirnya semoga semuanya menjadi baik.
Wallahu alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar