Rabu, 08 April 2020

CELOTEH SI PENGKY



Aktifitas setiap hari sebagai kuli pabrik, di rumah bisa di bilang tidak sepi hari-harinya baik yang kenal maupun konco bolo berkunjung kerumah dari masalah yang punya hutang, pedagang parfum, pedagang koko, pedagang gamis, pedagang sarung, pedagang madu, ngajuin proposal, para mahasiswa shaering materi, aktivis PMII, konco bolo taklim, pemulung, bocah-bocah TPQ setempat, caleg, yang mau punya hajatan, mo nyekolahin anaknya, ustadz-ustadz yang ngajar TPQ, bahkan yang nasrani ataupun beda organisasi pun tak terima karena mereka semua tak anggep sahabat saya semua.

Konco bolo dateng dari personal dan rombongan ada yang siang hari, sore, petang, setengah malam dan menjelang pagi kadang ujug-ujug sudah stanby di depan pintu rumah. Aku yo bingung padahal aku dudu sopo-sopo artine podo bodo karone, bukan pemberi solusi masalah, lah nek pada saat mereka berkeluh kesah terkait ekonomi saya juga pas-pasan lah boro-boro mau bantu  curhat masalah keluarga ; lah aku be kadang ribut sama istri kadang kesel sama anak. Curhat masalah mengenai warga, jamaah masjid, program DKM dan program organisaai lain yang tidak progresif dan carut marut susahnya mengkondisikan struktur dan wara.

 bukan ustadz, bukan gus, bukan kyai apa lagi habib.

Kepada siapa engkau berkeluh kesah, mengadu masalah tidak kunjung selesai, tidak mempunyai pekerjaan, dagangan sepi tiga toko sudah tutup, di PHK yang tidak di bayar uang pesangon, pabrik sudah tutup, habis kontrak, terlilit hutang rentenir ratusan juta, kemalingan, sakit yang tidak kunjung sembuh berbulan-bulan, ribut rumah tangga, ribut tetangga karena anak-anak bermain ada yang nangis,

Sapaan akrab anak-anak tetangga kepada saya Pak Dhe itu bagi telinga dan perasaan sangat nyaman buat saya berati anak-anak merasa nyaman bisa jadi mereka anggap saya seperti orang tua mereka sendiri. Konco bolo terkadang ada yang manggil ustadz namun saya bilang wong saya tidak butuh santri jadi gak perlu panggil saya ustadz siap menanggung resiko kalo jadi santri saya hihihi.

Pabila konco bolo dateng gak punya konsep bahan obrolan cuman modal nyiapin air putih, kalo ada kacang godok di tambah kopi item kadang kalo lagi ada makan bareng lauk seadanya ngampar bareng di lantai tanpa alas dan cukup yang cuman nyimak dengerin obrolan mereka-mereka wes gitu tok.

Ternyata nikmat jadi laden hanya jadi pendengar pabila di mintain tanggapan dan pendapatpun hanya sekedarnya memberikan stimulus selanjutnya di persilahkan kembali kepada mereka yang mau ambil sikap, wong gambaran solusi itu hanya sebatas proses kasab ikhtiar, tentunya ending ahir sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan karena bagi saya kedatangan mereka adalah kehormatan bagi saya mereka mau main dan ngajak ngobrol intinya  "saya itu hanya sebatas bagaimana caranya harus menerima mereka bukan bagaimana mereka harus menerima saya".

Salam Ngopi Nusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar